Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Gungun
Heryanto percaya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak akan berani
mendepak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari koalisi. Hal ini karena
SBY sangat perhatikan perimbangan kekuatan antara oposisi dan koalisi di
parlemen.
"Sikap SBY tetap tak akan berubah," kata Gungun ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (19/6).
Gungun
menyatakan SBY merasa lebih nyaman dengan menggantungkan posisi PKS di
koalisi. Kalaupun mesti memberi sanksi, paling-paling SBY hanya akan
mengurangi jatah menteri yang dimiliki PKS di kabinet. "Saya memprediksi
maksimalnya pergantian menteri," ujar Gungun.
SBY menyadari
dukungan 423 kursi (75,54 persen) partai pendukung pemerintah di
parlemen bersifat rapuh. Hal ini karena dukungan tersebut tidak berakar
pada kekuatan loyalitas, melainkan kepentingan pragmatis belaka.
Gungun
mengatakan pemerintah bisa menghadapi persoalan besar bila mendepak PKS
dari koalisi. Pasalnya PKS termasuk partai yang memiliki perolehan
kursi besar di parlemen. Pilihan mendepak PKS dapat mengubah konstelasi
kekuatan politik oposisi dan koalisi di DPR. Artinya, PKS yang berada di
oposisi bisa menghambat program pemerintah.
Sementara Golkar
yang tetap berkoalisi bisa leluasa melakukan sandera politik ke
pemerintah. "Golkar dengan 106 kursi (18,93 persen) dan PKS 57 kursi
(10,18 persen) sama-sama bisa menjadi bola liar," kata Gungun.
Di
saat yang bersamaan, kata Gungun, mitra loyalis Demokrat yang lain
seperti PAN dengan 46 kursi (8,21 persen), PPP 38 kursi (6,79 persen)
dan PKB 28 kursi (5 persen) tidak cukup kuat dijadikan sebagai basis
dukungan. "Tarik ulur dalam pengendalian kedua partai ini dianggap
penting oleh SBY," ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar